Kampung Naga

0 Comments
Deretan Rumah di Kampung Naga

Letaknya di Desa Neglasari. Tasikmalaya. Perbatasan antara Tasikmalaya dan Garut. Jawa Barat.

Kampung Naga merupakan kampung adat yang masih memegang prinsip - prinsip yang diwariskan leluhurnya. Budayanya, adat istiadatnya dan kearifan lokalnya.

Agama yang dianutnya Muslim. Bahasanya Sunda. Mata pencahariannya adalah petani. Banyak sawah di sekitar Kampung Naga ini. Tanamannya organik. Pupuknya memanfaatkan kotoran hewan ternaknya. Ayam dan kambing - kambingnya. Ada juga beberapa kolam ikan. Semua masih tergantung alam.

Kampung Naga ini berada di lereng bukit. Itulah kenapa kampung ini disebut Naga. Yang berarti Lereng. Berasal dari kata "Nagawir". Dikelilingi sungai Ciwulan yang alirannya dari Gunung Cikuray di Garut.

Penduduk Kampung Naga selalu menjaga kelestaian alamnya. Hal ini terlihat dari beberapa daerah yang dikeramatkan sebagai wujud hubungan yang baik dengan alam. Misalnya : Leuweng (hutan) Keramat. Leuweng (hutan) Larangan dan Bumi Ageung.

Kawasan tersebut sangat disakralkan oleh penduduk Kampung Naga ini. Mereka menyebutnya pamali (tabu). Siapapun tidak boleh memasuki. Baik warga lokal mapupun pendatang. Keculi pemangku adat : Kuncen, Punduh adat, lebe dan Patunggon Bumi Ageung. 

Bangungan rumah yang berdiri di Kampung Naga ini berjumlah 113. Empat diantaranya adalah bangunan khusus : Masjid, Bumi Ageung (Rumah untuk menyimpan pusaka dan rumah yang dikeramatkan), Bumi Patemon (Balai pertemuan) dan Leuit (Lumbung padi bersama).

Bentuk rumahnya harus panggung. Bahan dari bambu atau kayu dengan atap menggunakan daun nipah, ijuk atau alang - alang. Lantai rumah ini pun harus dengan bambu atau kayu. Dengan dinding dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Tidak ada cat dalam rumah ini, kecuali kapur atau meni untuk melapisi bahan bangunan ini.

Rumahnya harus menghadap ke utara atau selatan. Dengan memanjang ke arah timur dan barat. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan dengan anggapan rizki yang masuk melalui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang yang sejajar.

Walaupun keturunan penduduk ini bertambah, di kampung ini tidak ada lagi tambahan bangunan atau rumah baru untuk tempat tinggal. Beberapa penduduknya akan tinggal di luar Kampung Naga ini. Untuk warga yang menikah dengan warga di luar kampung ini, mereka harus tinggal di luar Kampung Naga. Mengikuti suami atau istrinya.

Listrik tidak ada disini. Menurut mereka hanya akan merusak hubungan dengan alam yang telah terjalin baik selama ini. Semua peralatan disini tradisional. Dan di dalam rumah ini tidak ada perabotan (kursi, meja dan tempat tidur). 

Kampung yang sangat menjaga adat istiadat peninggalan leluhurnya. Menolak segala bentuk intervensi dari pihak luar. 

Kampung yang tidak ada kejelasan sejarah secara pasti. Kapan dan siapa pendiri serta latar belakang terbentuknya sebuah kampung ini. Tapi mampu bangkit dari kehancuran yang pernah dialaminya. Sebuah kampung yang pernah dibumihanguskan oleh organisasi DI/TII yang menginginkan terciptanya negara Islam di Indonesia. 

Kampung adat ini menyebut sejarahnya dengan istilah "Pareum Obor". Artinya matinya penerangan. Tapi itu hanya sebuah istilah. Tidak dengan adat dan budayanya. Mereka akan tetap selalu terang dan menjaganya. Hidup berdampingan dengan alam. Alam yang selalu memberi kehidupan dengan cahayanya yang terang.


Kegiatan penduduk Kampung Naga menumbuk padi

Alam yang selalu memberi apa yang kita butuhkan. Dengan selalu menjaga dan merawatnya. Hidup harmonis antar warga antar manusia. Indah....

Kerajinan tangan dari Kampung Naga



You may also like

Tidak ada komentar: