Tradisi Sekaten Yogyakarta

0 Comments








Kemeriahan Acara Sekaten Yogyakarta

Namanya Sekaten. Acara tahunan yang selalu diadakan untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW.

Maulud Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Kegiatan tahunan ini selalu dilakukan oleh keraton Surakarta dan Yogyakarta. Tapi ini ada di Yogyakarta. Pusat acaranya ada di Masjid Agung. Di kawasan Keraton Yogyakarta.

Acara sekaten pada awalnya adalah suatu upacara yang diadakan tiap tahun oleh raja - raja di tanah Hindu. Berwujud selamatan atau menyajikan semacam sesajen untuk arwah para leluhur.

Sekaten adalah sebuah tradisi yang ada sejak zaman kerajaan Demak di abad - 16. Nama Sekaten diadaptasi dari istilah bahasa Arab. Syahadatain. Artinya Persaksian (Syahadat). Walaupun sebagain kalangan ada yang beranggapan nama tersebut dari dua perangkat pusaka keraton berupa gamelan.

Upacara Sekaten dianggap sebagai perpaduan antara kegiatan dakwah dan seni. Dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga yang mempergunakan kesenian karawitan (gamelan jawa). Karawitan ini menggunakan dua perangkat gamelan. Disela - sela petunjukan itulah Sunan Kalijaga menyiarkan agama Islam dengan dakwah dan pembacaan Ayat - ayat suci Al - Qur'an. Kalimat Syahadat inilah kalimat sakral yang menyatakan taat dan patuh terhadap ajaran agama Islam.

Puncak acara ini disebut Grebek Sekaten. Yaitu prosesi adat sebagai simbol sedekah dari kerajaan Keraton Yogyakarta kepada masyarakat berupa gunungan.

Gunungan adalah simbol kemakmuran. Gunungan ini terdiri dari berbagai macam sayuran dan buahan serta jajanan yang disusun membentuk gunung.

Ada berbagai macam gunungan yang akan dibagikan kepada masyarakat. Yang antara lain : Gunungan Jaler (pria), Gunungan Estri (perempuan), Gapak dan Pawuhan. Gunungan in dibawa oleh beberapa abdi dalem dengan busana baju dan peci yang berwarna merah. Dikawal oleh prajurit Bugis. 


Gajah yang mengawal Gunungan


Ada beberapa gajah dalam pawai Upacara Sekaten ini. Ada lima ekor. Saya tidak tau apa simbol dan makna dari gajah tersebut. Tapi saya melihat kemeriahan didalamnya.

Setelah gunungan diberkahi di Masjid Agung, gunungan akan dibagikan ke masyarakat yang menyaksikan. Orang - orang akan berebut mengambil bagian - bagian dari gunungan tersebut. Mereka percaya bahwa gunungan itu merupakan benda suci. Setipa bagain - bagiannya memiliki kekuatan supranatural.

Prajurit Bugis pengawal Abdi Dalem pembawa Gunungan

Tradisi selalu memiliki arti di setiap budaya. Ada makna yang tersimpan didalamnya. Dan ada pesan juga yang ingin disampaikan melalui prosesi acaranya. 

Rebutan gunungan dalam Grebek Sekaten adalah simbol komunikasi budaya antara kerjaan dan rakyatnya. Sebuah tanda yang memberi sebuah pesan untuk para penguasa. Rakyat adalah bagian dari kerajaan. Yang pada hakikatnya rakyatlah penguasa tertinggi dalam suatu bangsa. Yang diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Untuk kepentingan rakyatnya.

Semoga setiap tradisi selalu memberikan arti. Untuk kita. Untuk semua. Untuk kesejahteraan bersama.



You may also like

Tidak ada komentar: